KEJARLAH ILMU SAMPAI KE NEGERI CINA

“Jadilah manusia yang pada kelahiranmu semua orang tertawa bahagia, tetapi hanya kamu sendiri yang menangis dan pada kematianmu semua orang menangis sedih, tetapi hanya kamu sendiri yang tersenyum”

(Mahatma Gandhi)

Rabu, 21 Maret 2012

PERANAN BAKTERI ASAM LAKTAT (BAL) PADA PENGOLAHAN MAKANAN FERMENTASI

PERANAN BAKTERI ASAM LAKTAT (BAL) PADA PENGOLAHAN MAKANAN FERMENTASI

Oleh :
Anto Susanto
P2AA11054
E-Mail : antosusanto@ymail.com/politeknikketapang@yahoo.co.id

I.   PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pola hidup masyarakat yang cenderung menyadari akan pentingnya kesehatan menyebabkan kebutuhan pangan tidak sebatas pada pemenuhan kebutuhan gizi konvensional bagi tubuh serta pemuas mulut dengan citarasa yang enak melainkan pangan diharapkan mampu berfungsi menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh. Produk pangan seperti ini biasa disebut sebagai pangan fungsional.

Produk pangan yang banyak yang dikembangkan sebagai pangan fungsional antara lain adalah produk-produk probiotik. Probiotik merupakan bakteri hidup yang diberikan melalui mulut sebagai menu tambahan sehari-hari. Banyak spesies bakteri telah lama digunakan sebagai probiotik sebagian besar merupakan bakteri asam laktat misalnya : Lactobacillus sp.dan Streptococcus sp (Winarno et. al., 2003).

Cartney (1997) melaporkan bahwa bakteri probiotik menjaga kesehatan usus, membantu penyerapan makanan, produksi vitamin, dan mencegah pertumbuhan bakteri patogen. Selain itu dapat meningkatkan fungsi sistem kekebalan tubuh, metabolisme kolesterol, karsinogenesis, dan menghambat penuaan.
Produk makanan yang berkhasiat terapeutik lebih dikenal dengan istilah makanan fungsional. Salah satu makanan fungsional adalah makanan yang mengandung probiotik yaitu mikroba hidup yang bila dikonsumsi akan menimbulkan efek terapeutik pada tubuh dengan cara memperbaiki keseimbangan mikroflora dalam saluran pencernaan (Fueller 1989).

Makanan fungsional yang lain adalah makanan yang mengandung “prebiotik” yaitu komponen pangan (food ingredients) yang tidak dapat dihidrolisis oleh enzim-enzim pencernaan dalam saluran pencernaan manusia namun komponen ini dapat menguntungkan tubuh dengan cara menstimulasi pertumbuhan atau aktivitas sejumlah bakteri misalnya BAL, Bifidobacterium, Enterococcus, Bacteroides dan Eubacterium di dalam usus besar yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesehatan tubuh (Gibson & Roberfroid 1995).

Salah satu produk probiotik yang mengandung bakteri asam laktat yaitu yoghurt. Yoghurt adalah produk koagulasi susu yang dihasilkan melalui proses fermentasi bakteri asam laktat, Lactobaccilus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus dengan atau tanpa penambahan bahan lain yang diizinkan. (Nakazawa dan Hosono, 1992), dan masih banyak produk probiotik  yang mengandung bakteri asam laktat (BAL).

B. Batasan Masalah
Peranan bakteri asam laktat (BAL) banyak diaplikasikan dalam berbagai bidang, diantaranya bidang pertanian khususnya bidang pangan.
Pada pembuatan makalah ini memaparkan peranan bakteri asam laktat (BAL) pada pengolahan pangan hasil fermentasi. Adapun lingkup batasan permasalahan diantaranya membahas tentang spesies bakteri asam laktat bidang pangan dan fermentasi bakteri asam laktat, produk olahan hasil fermentasi oleh bakteri asam laktat dan peranan serta dampak positif yang ditimbulkan dengan adanya fermentasi oleh bakteri asam laktat tersebut.

C. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah diantaranya :
1)    Mengetahui bakteri asam laktat dan fermentasi bakteri asam laktat dalam pengolahan pangan.
2)    Mengetahui peranan bakteri asam laktat dalam pengolahan makanan fermentasi dan berbagai macam olahan makanan yang dihasilkan.
3)    Mengetahui perubahan dan peranan serta nilai positif yang dihasilkan pada produk fermentasi oleh bakteri asam laktat.

D. Manfaat
Adapun manfaat yang dapat diperoleh pada pembuatan makalah, diantaranya : dapat menambah  ilmu pengetahuan dan wawasan tentang bakteri asam laktat dan fermentasi bakteri asam laktat dalam pengolahan pangan, peranan bakteri asam laktat dalam pengolahan makanan fermentasi dan berbagai macam olahan makanan yang dihasilkan,  perubahan dan peranan serta nilai positif yang dihasilkan pada produk fermentasi oleh bakteri asam laktat.

II. Bakteri Asam Laktat (BAL)
Bakteri Asam Laktat. Istilah bakteri asam laktat (BAL) mulanya ditujukan hanya untuk sekelompok bakteri yang menyebabkan keasaman pada susu (milk-souring organisms). Secara umum BAL didefinisikan sebagai suatu kelompok bakteri gram positif, tidak menghasilkan spora, berbentuk bulat atau batang yang memproduksi asam laktat sebagai produk akhir metabolik utama selama fermentasi karbohidrat. BAL dikelompokkan ke dalam beberapa genus antara lain Streptococcus (termasuk Lactococcus), Leuconostoc, Pediococcus Lactobacillus.

Indentifikasi bakteri asam laktat didasarkan pada morfologi, fisiologi dan sifat-sifat biokimia dari bakteri. Metode identifikasi menurut Holzapfel dan Schillinger (1992 dalam Widodo 2003), yang menyebutkan bahwa genus Streptococcus memiliki ciri-ciri yaitu, pH akhir dalam media MRS < 4.6, uji katalase negatip, koloni berbentuk kokus, kokus tidak berbentuk tetrad, dan tidak tumbuh pada suhu 100C.

Bakteri asam laktat (BAL) secara fisiologi dikelompokkan sebagai bakteri Gram positif, bentuk kokkus atau batang yang tidak berspora dengan asam laktat sebagai produk utama fermentasi karbohidrat. Secara tradisional, BAL terdiri dari empat genus yaitu Lactobacillus, Leuconostoc, Pediococcus dan Streptococcus. Sebagai contoh genus Streptococcus telah direorganisasi menjadi Enterococcus, Lactococcus, Streptococcus dan Vagococcus (Yang, 2000).

Diantara genus dan spesies BAL yang mempunyai potensi untuk digunakan sebagai probiotik dapat dilihat pada Tabel 2.

Bakteri asam laktat mempunyai peranan esensial hampir dalam semua proses fermentasi makanan dan minuman. Peran utama bakteri ini dalam industri makanan adalah untuk pengasam bahan mentah dengan memproduksi sebagian besar asam laktat (bakteri homofermentatif) atau asam laktat, asam asetat, etanol dan CO2 (bakteri heterofermentatif) (Desmazeaud, 1996). Bakteri asam laktat banyak digunakan dalam produk susu seperti yogurt, sour cream (susu asam), keju, mentega, dan produksi asam-asaman, serta asinan (Lindquist, 1998).

III. Fermentasi Bakteri Asam Laktat
Fermentasi ialah proses baik secara aerob maupun anaerob yang menghasilkan berbagai produk yang melibatkan aktivitas mikroba atau ekstraknya dengan aktivitas mikroba terkontrol (Darwis dan Sukara, 1989). Fermentasi merupakan proses yang telah lama dikenal manusia. Fermentasi adalah proses untuk mengubah suatu bahan menjadi produk yang bermanfaat bagi manusia, seperti fermentasi susu kambing, unta yang terjadi di Sumaria dan Babilonia pada jaman Mesopo-tamia. Hingga saat ini, proses ferementasi telah mengalami perbaikanperbaikan dari segi proses sehingga dihasilkan produk fermentasi yang lebih baik (Tamime dan Robinson, 1999).

Fermentasi memiliki berbagai manfaat, antara lain untuk mengawetkan produk pangan, memberi cita rasa atau flavor terhadap produk pangan tertentu, memberikan tekstur tertentu pada produk pangan. Dengan adanya proses fermentasi yang dilakukan oleh mikroba tertentu diharapkan akan meningkatkan nilai gizi yang ada pada produk fermentasi. Dengan adanya perbaikan mutu produk pangan fermentasi ini diharapkan nilai terima pangan oleh konsumen meningkat.

Pemanfaatan gula yang ada dalam substrat untuk pertumbuhan BAL akan terlihat dengan meningkatnya populasi sel BAL. Gambaran mengenai peningkatan kerapatan sel dari awal fermentasi hingga akhir fermentasi.

Penggunaan gula yang ada dalam substrat untuk pertumbuhan BAL ini dapat terlihat dengan meningkatnya kerapan sel BAL pada substrat. Pemecahan glukosa dalam sel BAL menghasilkan energi untuk aktivitas BAL akan menghasilkan senya-wa lain termasuk asam laktat. Asam laktat yang dihasilkan oleh BAL akan terseks-kresikan keluar sel dan akan terakumulasi dalam cairan fermentasi.

Menurut Tamime & Robinson (1985), fermentasi karbohidrat oleh Streptococcus dan Lactobacillus dilakukan melalui konversi karbohidrat ke glukosa dan kemudian glukosa difermentasi melalui jalur heksosa difosfat untuk memproduksi asam laktat sebagai produk utama. Asam-asam organik yang dihasilkan akan menyebabkan pH susu kedelai menjadi rendah. Semakin banyak sumber gula yang dapat dimetabolisir maka semakin banyak pula asam-asam organik yang dihasilkan sehingga secara otomatis pH juga akan semakin rendah. Hal ini sejalan dengan pendapat Chandan & Shahani (1993) yang menyatakan bahwa asam laktat yang dihasilkan dalam proses pembuatan yogurt dapat menurunkan pH susu.

Yusmarini (1997) menyatakan bahwa selama fermentasi protein akan dihidrolisis menjadi komponen-komponen terlarut guna keperluan pembentukan protein sel mikrobia dan selanjutnya dilaporkan bahwa hanya 20% dari komponen nitrogen terlarut yang dipakai untuk pertumbuhannya.

Aktivitas metabolisme starter (BAL) yang mempunyai suhu pertumbuhan optimum 410 C sampai 45 0 C (Gililand, 1985), sehingga akan meningkatkan berbagai aktivitas metabolisme starter antara lain mengubah laktosa menjadi asam laktat (Burows et al., 1963). Pengubahan laktosa menjadi Asam laktat tersebut menyebabkan menurunnya kadar laktosa dan pH media sehingga pH media mencapai 4,0 sampai 4,5 (Gaudy and Gaudy, 1981).

Dengan meningkatnya jumlah asam yang diekskresikan oleh BAL karena proses akumulasi asam dalam substrat, maka akan meningkatkan keasaman substrat. Peningkatan akumulasi asam dalam substrat ini dapat diketahui dengan penurunan pH substrat. Proses fermentasi oleh BAL di samping meningkatkan kadar asam laktat, keasaman substrat, kerapatan sel BAL juga meningkatnya kadar protein dalam cairan fermentasi.

Salah satu faktor penting dalam pertumbuhan bakteri adalah nilai pH. Bakteri memerlukan suatu pH optimum untuk tumbuh optimal. Pengaruh pH terhadap pertumbuhan bakteri ini berkaitan dengan aktivitas enzim. Enzim dibutuhkan oleh bakteri untuk mengkatalis reaksi-reaksi yang berhubungan dengan pertumbuhan bakteri. Apabhila pH dalam suatu medium/lingkungan tidak optimal, maka akan menggangu kerja dari enzim-enzim tersebut, yang pada akhirnya akan mempengaruhi pertumbuhan bakteri itu sendiri (Pelczar dan Chan, 1986).

Asam-asam organik dari produk fermentasi merupakan hasil hidrolisis asam lemak dan juga sebagai hasil aktivitas pertumbuhan bakteri. Penentuan kuantitatif asam organik pada produk fermentasi adalah penting untuk mempelajari kontribusi bagi aroma sebagian besar produk fermentasi, alasan gizi, dan sebagai indikator aktivitas bakteri (Bevilacqua & Califano, 1989). Asam-asam organik juga sering digunakan sebagai acidulants (bahan pengasam) yang dapat menurunkan pH. Sehingga pertumbuhan mikroba berbahaya pada produk fermentasi akan terhambat (Winarno, 1997).
Lactobacillus termasuk golongan bakteri asam laktat yang sering dijumpai pada makanan fermentasi, produk olahan ikan, daging, susu, dan buah-buahan (Napitupulu et al., 1997). Sejauh ini telah diketahui bahwa keberadaan bakteri ini tidak bersifat patogen dan aman bagi kesehatan sehingga sering digunakan dalam industri pengawetan makanan, minuman dan berpotensi sebagai produk probiotik.

Lactobacillus delbrueckii ssp. bulgaricus atau biasa disebut L.bulgaricus adalah salah satu BAL yang digunakan sebagai starter kultur untuk susu fermentasi, berpotensi sebagai antikolesterol yang diduga karena adanya EPS yang diproduksinya (Pigeon et al., 2002).

Kemampuan bakteri asam laktat dalam menfermentasi berbagai jenis karbohidrat menjadi andalan identifikasi, yang menunjukkan metabolisme BAL yang spesifik (Surono, 2004).
Menurut Sharpe dan Holt (1984) bahwa untuk karakterisasi untuk meyakinkan genus bakteri asam laktat, hal yang perlu dilakukan adalah pewarnaan Gram, uji katalase, uji fermetasi karbohidrat dan uji asam laktat. Umumnya bakteri asam laktat bersifat Gram +, katalase-, mampu menfermentasi karbohidrat yang dibutuhkan untuk pertumbuhannya seperti glukosa yang akan dikonversi menjadi asam laktat (homofermentattif) atau asam laktat, CO2, ethanol dan asam asetat (heterofermentatif). Asam yang diproduksi dari karbohidrat dapat terjadi baik dibawah kondisi aerobik maupun anaerobik.

Jenis BAL yang berbeda akan menghasilkan enzim protease yang berbeda dengan spesifisitas pemecahan yang juga berbeda sehingga akan dihasilkan bermacam-macam peptida. Susunan asam amino yang dihasilkan selama proses fermentasi juga akan mempengaruhi kemampuan peptida dalam mengikat garam empedu. Sugano and Goto (1990) menyatakan bahwa fraksi protein kedelai yang bersifat hidrofobik mempunyai kemampuan mengikat asam empedu sedangkan Kwon et al., (2002) dan Zhong et al., (2007) menyatakan bahwa peptida yang mengandung asam amino hidrofobik pada terminal N mempunyai kemampuan dalam mengikat garam empedu.

IV. Produk Fermentasi Bakteri Asam Laktat
Proses fermentasi susu melibatkan bakteri asam laktat dan menghasilkan produk-produk olahan susu (dairy product) seperti yoghurt, yakult, keju, susu asam, mentega (butter), dan produk sejenis lainnya. Produk fermentasi susu, seperti halnya produk makanan fermentasi lainnya, mereka memiliki rasa yang enak, dan lebih awet dibandingkan susu segar. Hal ini karena proses fermentasi menghasilkan citarasa dan aroma yang enak, serta kandungan nutrisinya lebih baik karena mudah diserap dan dicerna. Bakteri asam laktat yang terlibat dalam proses fermentasi susu juga bisa memberikan manfaat positif bagi kesehatan, khususnya menjaga keseimbangan mikroflora dalam saluran pencernaan. Produk akhir susu fermentasi yang demikian dikenal sebagai makanan fungsional (Surono, 2004).

Dasar fermentasi susu adalah fermentasi komponen gula di dalam susu, terutama lactose menjadi asam laktat dan asam-asam lain. Asam laktat yang dihasilkan dapat memperbaiki flavor dan menurunkan derajat keasaman susu sehingga sedikit mikroba yang dapat bertahan hidup Fermentasi susu dapat menghambat pertumbuhan mikroba patogen dan mikroba perusak susu sehingga masa simpan susu dapat diperpanjang.

Sptreptococcus thermophillus tumbuh optimal pada suhu 45oC sampai 47oC sebaliknya Lactobacillus bulgaricus suhu pertumbuhan optimalnya adalah 37oC. Pada pembuatan yoghurt mula-mula streptococcus thermophillus yang tumbuh kemudian pada saat suhu medium turun baru Lactobacillus bulgaricus yang pada dasarnya bakteri tersebut memiliki kemampuan membentuk cita rasa mengambil alih peran streptococcus thermophillus dan mulai pertumbuhan dengan cepat (Winarno et al., 2003).

A. Yoghurt
Yoghurt merupakan salah satu jenis susu fermentasi. Produk olahan susu ini kaya akan gizi, seperti protein, asam amino, lemak, dan mineral. Oleh karena itu, yoghurt dapat menjadi salah satu sumber nutrisi dan bermanfaat bagi kesehatan. Yoghurt hasil fermentasi susu oleh bakteri asam laktat (BAL). Produk olahan susu ini mempunyai cita rasa khas, tekstur semipadat dan halus, kompak serta rasa asam segar. Mikroba starter dalam pembuatan yoghurt adalah pasangan bakteri Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus.

Yoghurt adalah salah satu produk fermentasi berbahan dasar susu. Pada awalnya yoghurt dibuat dari susu binatang ternak seperti susu sapi atau susu kambing dengan bentuk seperti bubur atau es krim. Proses pembuatannya adalah, susu difermentasi menggunakan bakteri Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus termophilus dan didalamnya terdapat kultur aktif bakteri tersebut (Widowati dan Misgiyarta, 2009).

Proses pembuatan yoghurt sebenarnya adalah fermentasi gula susu (laktosa) oleh kultur bakteri untuk menghasilkan asam laktat. Kultur bakteri Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus termophilus yang ditambahkan ternyata memiliki tugas atau fungsi yang berbeda. Flavor atau citarasa yang ada pada yoghurt adalah hasil fermentasi kultur starter Streptococcus termophilus yang berperan besar dalam menghasilkan cita rasa asam. Sedangkan Lactobacillus bulgaricus berperan penting dalam menghasilkan aroma melalui produksi asam laktat dan asetaldehida (Oberman dan Libudzusz, 1985 dalam winarno 2003).

Starter yoghurt yang umum merupakan campuran dua jenis bakteri yaitu Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophillus. Penggunan kedua jenis bakteri ini dimaksudkan untuk mempercepat proses produksi asam, meningkatkan jumlah asam laktat, memperbaiki konsistensi koagulan dan juga meningkatkan citarasa (Muchidin, 1993). Jumlah asam sebagai asam laktat merupakan salah satu parameter awal yang paling penting diamati dalam proses penelitian pembuatan yoghurt, karena inti produk yang diharapkan dalam produk yoghurt adalah kadar asam laktat yang mampu dihasilkan oleh mikroorganisme yang digunakan.

Menurut Lee et al, (1990), yogurt dari susu sapi mengandung asam laktat, asam sitrat, asam piruvat, asam format, asam urat, asam butirat, dan asam orotat.
Asam laktat merupakan hasil metabolisme bakteri pada starter yoghurt (Lactobaccilus bulgaris dan Streptococcus thermophilus) dimana laktosa merupakan sumber karbon utamanya

B. Dadih
Dadih adalah salah satu produk olahan susu yang dibuat dengan cara fermentasi secara alami pada suhu kamar selama 48 jam (Sugitha, 1995). Produk fermentasi ini merupakan makanan tradisional yang cukup terkenal di wilayah Sumatera Barat dan Riau daratan. Bagi penderita “Lactose intolerence”, yaitu orang-orang yang tidak dapat mentolerir laktosa, mengkonsumsi dadih merupakan salah satu alternatif untuk memperoleh manfaat dari susu.
Dadih lebih mudah diserap oleh dinding usus manusia, sehingga dapat dikonsumsi oleh golongan orang yang tidak tahan laktosa, karena kandungan laktosa susu telah turun akibat fermentasi menjadi asam laktat dan meningkatkan nilai gizi susu itu sendiri yang disebabkan mikroorganisme yang aktif dalam fermentasi (Sayuti, 1993).

Dadih kaya akan protein (6,30%), lemak (6,73%) dan vitamin A (80 SI). Hal ini diperkuat oleh pernyataan Sugitha (1995) bahwa untuk dadih yang akan diproduksi diharapkan mempunyai kualitas yang lebih baik dari susu segar. Winarno et al. (1980) juga menambahkan bahwa melalui proses fermentasi, bahan makanan akan mengalami perubahan fisik dan kimia yang menguntungkan seperti flavor, aroma, tekstur, daya cerna dan daya simpan.
Dadih yang berkualitas baik adalah yang berwarna putih bersih (Sugitha et al., 1999). Perbedaannya adalah suhu inkubasi pada pembuatan yoghurt lebih tinggi (450C) dan waktu inkubasinya adalah lebih singkat (4-6 jam) (Dewipadma, 1978). Hasil akhir dari kedua produk susu fermentasi ini sedikit berbeda, yaitu tekstur dadih lebih padat dibandingkan yoghurt, sehingga dadih dapat dikonsumsi bersama nasi sebagai lauk.

Peningkatan koloni bakteri dalam dadih selain didukung oleh kandungan gizi makanan juga dipengaruhi oleh ketersediaan oksigen. Sesuai dengan pendapat Buckle et al. (1987), bahwa faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme meliputi suplai zat gizi, suhu, air dan tersedianya oksigen. Aroma dari dadih dalam tabung bambu menurut panelis agak tengik, sedangkan aroma pada dadih dalam tabung plastik masih beraroma susu khas dadih. Warna dadih dalam kemasan tabung bambu juga telah berubah menjadi putih kekuningan sementara warna dadih dalam tabung plastik masih putih bersih.

C. Soygurt
Soygurt merupakan produk fermentasi susu kedelai dengan menggunakan bakteri Streptococcus thermophillus dan Lactobacillus bulgaricus yang telah umum dipakai dalam proses pembuatan yogurt (Koswara 1995). Streptococcus thermophillus dan Lactobacillus bulgaricus merupakan spesies mikroba yang esensial dan aktif dalam hubungan simbiotik (Herastuti 1994). Yogurt merupakan salah satu produk makanan yang sangat populer saat ini. Selain sebagai makanan, produk yang dibuat dari susu ini dianggap sebagai produk yang dapat membantu pencernaan, mencegah diare, mencegah peningkatan kadar kolesterol darah yang terlalu tinggi, bahkan dinyatakan dapat membantu melawan kanker (Chandan & Shahani 1993).

Kandungan protein pada susu kedelai adalah 15,27% dan soygurt yang dihasilkan kandungan proteinnya berkisar antara 18,26-22,78%. Penambahan gula cenderung meningkatkan kandungan protein soygurt. Terjadinya peningkatan kandungan protein dari susu kedelai menjadi soygurt disebabkan karena adanya penambahan protein dari mikrobia yang digunakan.
Kandungan lemak pada susu kedelai dan soygurt, susu kedelai mengandung lemak sebesar 9,71% sedangkan soygurt yang dihasilkan mengandung lemak berkisar antara 6,34-7,90%. bahwa terjadi penurunan kandungan lemak pada soygurt yang dihasilkan. Hal ini disebabkan selama fermentasi, lemak akan dihidrolisis menjadi senyawa yang lebih sederhana.

Menurut Wood (1985) di dalam Yusmarini (1997) hidrolisis trigliserida oleh enzim lipase akan menghasilkan asam lemak dan gliserol Menurut Chandan & Shahani (1993), hidrolisis lemak memberikan kontribusi yang kecil terhadap produk yogurt.

D. Kefir
Nama kefir sendiri berasal dari bahasa turki,  yaitu keif, yang terjemaahan bebasnya dalam bahasa inggris adalah good feelig atau perasaan nyaman. Meminum kefir secara berkesinambunganmenurut sejumlah penelitua sangat bermanfaat bagi kesehatan.tubuh yang senantiasa sehat tentu saja menimbulkan perasaan yang nyaman.

Kefir merupakan produk susu yang beraroma asam, alhkhoholik dan karbonat, yang berasal dan banyak di konsumsi di kawasan keukasia. Kefir di buat melalui proses fermentasi mengunakan mikroba bakteria dan yeast. Kefir di hasilkan melalui fementasi alami dari susu sapi dengan kombinasi organisme latkat dan yeast pada bububk kefir. Jenis bakteri dan yeast yang di gunakan dalam pembuatan kefir adalah lactobacilius bulgaricus dan saccharomyces cereviciae. Suhu dan inkubasi yng paling baik dalam pembuatan kefir adalah pada suhu 15 – 220C selama 24 – 36 jam.

E. Koumiss
Koumiss sering di sebut “milk wine” atau “milk brandy” karena merupakan minuman fermentasi beralkhohol dari susu. Nama koumiss tersebut di peroleh dari suku bangsa asia pada jaman kuno, yaitu kumanes atau komans.
Tradisional koumiss di buat dari susu kuda betina dari pengembalaan kuda suku bangsa kumanes yang mempertahankan hidup di daerah stepa asia tengah sampai tahun 1235. Koumiss ini merupakan produk hasil fermentari dari bakteri L. Bulgaricus dan ragi talura penghasil ahkohol. Karena kurangnya produksi susu kuda maka saat ini koumiss sering di buat dari susu sapi, tetapi kedua susu tersebut memiliki komposisi yang tidak sama.

F. Viriegar
Vinegar adalah larutan encer asam asetat yang dihasilkan melalui dua proses fermentasi, yaitu proses fermentasi larutan yang mengandung gula menjadi etanol dan kemudian dilanjutkan dengan proses oksidasi etanol menjadi asam asetat. Viniger adalah nama asing cuka, berasal dari kata vi aigre yang berarti anggur asam. Jika anggur dibiarkan selama beberapa hari di udara terbuka, maka alkohol di dalam anggur akan mengalami fermentasi menjadi asam cuka. Bahan penyusun utama dari viniger adalah asam cuka atau asam asetat, sedangkan bahan penyusun cuka yang lain bervariasi, tergantung bahan dasar pembuatannya.  Produk ini merupakan suatu larutan asam asetat dalam air yang mengandung cita rasa, zat-zat warna dan substansi  yang terekstrak, asam buah, ester, garam organik dari buah yang berbeda-beda sesuai dengan bahan baku yang digunakan.

G. Kecap
Kecap merupakan cairan kental yang mengadung protein yang diperolah dari perebusan kedelai yang telah diragikan, ditambah gula aren, garam dan rempah-rempah. Kecap merupakan salah satu bahan pangan hasil fermentasi yang umum dinegara-negara timur dengan warna coklat, asin atau manis dan berbau tajam dan sering digunakan sebagai bahan pemberi flavour. Kecap yang dihasilkan digolongkan menurut kualitasnya yaitu kecap bermutu satu mempunyai kadar protein minimal 6% dan kecap mutu dua dengan kadar protein 2%.

H. Keju
Keju merupakan salah satu produk olahan susu yang terbentuk karena koagolasi susu oleh rennet ( enzim pencernaan dalam lambung hewan penghasil susu). Bagian dari susu cair yang terkoagulasi membentuk substansi padat seperti gel di sebut curd; dan sejumlah besar air serta beberapa zat terlarut akan terpisah dari curd tersebut whey. Di percayai bahawa dahulu keju di produksi secara tidak sengaja, yaitu ketika bakteri yang ada di dalam susu dan enzim pencernaan ternak bereaksi membentuk curd, dan kemudian terbentuk keju mentah.

Keju sebagai produk dengan bahan dasar susu, merupakan alternatif yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan akan protein hewan. Dalam proses pembutan keju, suhu berperan dalam menetukan lamanya proses dan mempengaruhi jenis keju yang terbentuk sehingga termasuk keju lunak atau keju keras (Radiati, 1990). Starter yang digunakan adalah stater ganda berupa biakan Lactobacillus bulgaricus dan Streptococus thermophillus.
Keju di buat dengan cara mengumpulkan protein susu dengan pertolongan enzim renin. Enzim renin dapat di peeroleh dalam bentuk renet. Dispersi koloidal kalsium fosfokaseinat dapat di gangu dan di rusak oleh enzi renin. Karena kerja enzim tersebut terjadilah penggumpalan sel atau tahu susu. Sebetulnya yang menyebabkan penggumpalan adalah adanya ion kalsium sehinga terjadi endapan kalsium kaseinat.

I. Produk Ikan
Salah satu cara mempertahankan mutu ikan adalah dengan menambahkan bakteri asam laktat (BAL) (Buckle et al., 1985). Menurut Lindgren dan Dobrogosz (1990), penambahan bakteri asam laktat (BAL) dapat memperpanjang masa simpan dan menghambat pertumbuhan bakteri pathogen pada daging dan produk ikan tanpa fermentasi. Aktivitas antimikroba kemungkinan besar disebabkan oleh hydrogen peroksida, asam dan bakteriosin.

J. Produk Tempoyak
Menurut Rahayu dkk. (1995) pada fermentasi tempoyak ditemukan bakteri asam laktat yang diduga adalah Lactobacillus casei sub sp. rhamnosus yang bersifat fakultatif heterofermentatif dan Lactobacillus fersantum yang bersifat heterofermentatif.

K. Susu Nabati Lainnya
Fermentasi dapat menimbulkan citarasa baru dan membentuk tekstur beberapa makanan sehingga mampu memperbaiki penerimaan produk kedelai. Produk fermentasi dari susu kedelai dibuat dengan menambahkan bakteri asam laktat (BAL), namun tidak semua BAL dapat hidup dengan baik pada susu kedelai karena tidak semua BAL menghasilkan enzim α-galaktosidase yang dibutuhkan untuk menghidrolisis rafinosa dan stakiosa yang banyak terdapat pada susu kedelai. Hanya BAL yang mampu memanfaatkan karbohidrat yang ada pada kedelai terutama rafinosa dan stakiosa yang dapat hidup dan berkembang biak dengan baik.

Proses fermentasi susu kedelai oleh bakteri asam laktat dapat meningkatkan kemampuan dalam mengikat sodium taurokolat. Hal ini disebabkan karena selama proses fermentasi enzim protease yang dihasilkan oleh BAL akan menghidrolisis protein menjadi peptida dan sebagian peptida yang dihasilkan bersifat bioaktif yang mempunyai kemampuan dalam mengikat garam-garam empedu. Erdmann, dkk. (2008) menyatakan bahwa peptida bioaktif dapat dihasilkan selama proses fermentasi susu dimana pada saat itu peptida bioaktif akan dibebaskan dari parent protein.

Beberapa komoditi kacang-kacangan telah digunakan sebagai bahan dasar untuk membuat susu yang dikenal sebagai susu nabati. Susu nabati yang umum ditemukan dipasar ialah susu yang dihasilkan dari kedelai, sedangkan susu kacangkacangan lain belum banyak ditemukan. Perlu terobosan untuk membuat susu dan produk dari susu kacangan-kacangan yang lain, antara lain susu kacang hijau, susu kacang tanah, susu kacang panjang, susu kacang tunggak, susu kacang merah, dan lain-lain. Untuk mendapatkan nilai tambah secara ekonomi, peningkatan nilai gizi, daya terima konsumen terhadap produk kacangan-kacangan serta peningkatan ragam pilihan konsumen akan produk kacang-kacangan perlu upayaupaya proses lebih lanjut. Salah satu upaya tersebut ialah dengan cara fermentasi susu kacang-kacangan menggunakan BAL lokal.

V. Peranan dan Dampak Positif Bakteri Asam Laktat
Berdasarkan hasil-hasil penelitian sebelumnya, diketahui bahwa mengkonsumsi produk-produk fermentasi yang mengandung bakteri asam laktat dapat menurunkan kadar kolesterol baik pada hewan maupun manusia (Horison and Peat, 1975; Mann, 1977; Hepner et al, 1979., Rao et al.,1981 Grunewald, 1982; Jasper et al., 1984; Gilliland et al., 1985; Agerback et al., 1995; Akalin et al., 1997).

Bakteri asam laktat dengan strain yang mempunyai kemampuan spesifik akan efektif apabila dapat bertahan dengan kondisi yang ada dalam saluran pencernaan. Oleh karena itu strain dari Bakteri Asam Laktat tersebut harus tahan terhadap garam empedu dan kondisi pH lambung (pH 1-2) apabila dikonsumsi.

Asam laktat merupakan asam organik yang dibutuhkan untuk pertumbuhan. Selain itu asam laktat merupakan senyawa antimikrobia karena mampu menghambat mikrobia lain. Kemampuan asam laktat dalam menghambat dan menekan petumbuhan mikrobia lain yang umumnya adalah patogen, pada akhirnya akan meningkatkan kesehatan saluran cerna dan produktivitas ternak.
Mekanisme penghambatan pertumbuhan bakteri patogen oleh asam laktat dapat melalui berbagai cara. Proses metabolisme yang dilakukan oleh Streptococcus sp akan menghasilkan akumulasi asam laktat dalam medium, sehingga menyebabkan penurunan pH (efek pengasaman) pada medium. Asam laktat terdisosiasi di dalam sel bakteri yang mengakibatkan pH internal sel menurun. Penurunan pH ini selanjutnya dapat mengganggu aktivitas sel bakteri tersebut, diantaranya berkaitan dengan penghambatan pertumbuhan oleh aktivitas enzim seperti yang telah dijelaskan pada pembahasan penurunan pH sebelumnya. Mekanisme efek pengasaman ini dapat menguntungkan bagi pertumbuhan bakteri asam laktat termasuk Streptococcus sp karena BAL telah teruji mampu bertahan dalam pH asam, sedangkan sebagian bakteri patogen tidak dapat bertahan pada pH asam.

Berbagai upaya dilakukan untuk mencegah penyakit kardiovaskuler antara lain dengan  mengkonsumsi makanan yang bersifat hipokolesterolemik. Produk fermentasi susu kedelai merupakan salah satu produk olahan kedelai yang bersifat hipokolesterolemik. Efek hipokolesterolemik dari susu kedelai fermentasi dapat berasal dari peptida hasil hidrolisis protein oleh BAL ( Nisa et al., 2006) maupun dari BAL yang digunakan. Mekanisme hipokolesterolemik dari protein atau peptide dari kedelai diantaranya melalui pengikatan asam atau garam empedu.

Selain untuk dikonsumsi biasa, dadih juga diyakini masyarakat dapat menyembuhkan beberapa penyakit seperti demam, kurang nafsu makan dan membantu meningkatkan fertilitas. Sugitha (1994), juga melaporkan bahwa mengkonsumsi dadih secara teratur dapat menghindari seseorang dari penyakit jantung dan tumor.

Antimutagenik oleh Bakteri Asam Laktat dari Dadih. Banyak hasil penelitian melaporkan antimutagenik produk-produk susu fermentasi. (Hosoda et al, 1992; Hosono et al, 1990a; Surono & Hosono 1995; Usman & Hosono 1998). Menurut Hosono et al, (1988) dan van Boekel et al, (1993) melaporkan bahwa antimutagenik dari susu fermentasi disebabkan oleh kandungan kasein yang terdapat dalam produk tersebut. Namun demikian persentase pengahambatan mutagenisitas kalsium sangat rendah dibanding dengan sel bakteri asam laktat (Usman & Hosono 1998).

BAL dalam dadih telah dilaporkan mempunyai efek antimutagenik terhadap berbagai jenis mutagen seperti N-nitrosodimethylamine (NDMA), N-nitroso-pyrrolidine (NPIP) dan N-nitroso-piperidine (NPIP); senyawa mutagen ini banyak dijumpai pada bahan pangan dan minuman (Hosono et al, 1990a).

Dadih juga mempunyai antimutagenik terhadap mutagen yang muncul akibat pemanasan makanan pada suhu tinggi misalnya pada terasi (Surono & Hosono 1996) dan tauco (Usman & Hosono 2003) yang dipanaskan pada suhu lebih dari 1000C selama lebih dari 1 jam. Mekanisme antimutagenik dari BAL dadih dengan cara mengikat mutagen dan karsinogen di dalam saluran pencernaan terutama dalam usus halus dan kolon.

Yoghurt atau susu fermentasi kaya akan berbagai zat gizi yang diperlukan tubuh, terutama bagi penderita lactose intolerance, arteriosklerosis, kelainan metabolisme seperti diabetes, dan tekanan darah tinggi. Produk olahan susu ini cukup mudah dibuat sehingga berpeluang menambah sumber pendapatan keluarga.

Sifat yang menguntungkan dari bakteri Lactobacillus dalam bentuk probiotik adalah dapat digunakan untuk mendukung peningkatan kesehatan. Bakteri tersebut berperan sebagai flora normal dalam sistem pencernaan. Fungsinya adalah untuk menjaga keseimbangan asam dan basa sehingga pH dalam kolon konstan. Heprer et al., (1979) menyatakan bahwa pemberian suplemen yoghurt selama satu minggu, dapat menurunkan serum kolesterol pada manusia. Yoghurt dan susu menurunkan kolesterol setelah menginduksi hypercholesterolemia kelinci.

Yoghurt lebih besar memberi pengaruh dari pada susu. Lactobacillus mempunyai potensi yang besar sebagai produk probiotik karena keunggulannya dibanding bakteri asam laktat lainnya (Davis dan Gasson. 1981; Muriana dan Klaenhammer, 1987). Selanjutnya Annonym (2000) mengatakan bahwa Lactobacillus plantarum dan L. casei dapat aktif pada pH rendah dan menghasilkan asam laktat dalam jumlah banyak sehingga pada makanan ternak dapat membantu menyimpan energi. Napitupulu et al. (2000) melaporkan bahwa Lactobacillus menghasilkan anti bakteri.

Filtrat Lactobacillus dapat menghambat pertumbuhan bakteri patogen Streptococcus, Staphylococcus aureus, dan Escerichia coli, bahkan filtrat yang sudah disimpan selama 6 bulan memiliki kemampuan sama. Lactobacillus juga mampu menghambat pertumbuhan bakteri lain yang merugikan atau patogen (Tagg et al., 1976; Chassy, 1987). Goldin dan Gorbach (1992) mengatakan bahwa beberapa substansi antimikroba yang dihasilkan bakteri probiotik, misalnya L. acidophilus menghasilkan acidotin, acidophilin, bacteriocin, lactocidin, L. bulgaricus (bulgarican), L. plantarum (lactolin), L. brevis (lactobullin, lactobrevin), dan L. reuteri (rauterin).

Efek-efek kesehatan yang telah dibuktikan karena konsumsi susu fermentasi (termasuk yoghurt) adalah memacu pertumbuhan karena dapat meningkatkan pencernaan dan penyerapan zat-zat gizi, dapat mengurangi atau membunuh bakteri jahat dalam saluran pencernaan, dapat menormalkan kerja usus besar (mengatasi konstipasi dan diare), memiliki efek anti kanker, dapat mengatasi masalah lactosa intolerance, berperan dalam detoksifikasi dan mengatasi stres, serta mengontrol kadar kolesterol dalam darah dan tekanan darah (Robinson, et al., 1999).

VI. PENUTUP
A. Simpulan
Dari hasil pemaparan makalah tersebut diatas, maka dapat diambil kesimpulan :
1)    Bakteri asam laktat (BAL) secara fisiologi dikelompokkan sebagai bakteri Gram positif, bentuk kokkus atau batang yang tidak berspora dengan asam laktat sebagai produk utama fermentasi karbohidrat. Secara tradisional, BAL terdiri dari empat genus yaitu Lactobacillus, Leuconostoc, Pediococcus dan Streptococcus. Sebagai contoh genus Streptococcus telah direorganisasi menjadi Enterococcus, Lactococcus, Streptococcus dan Vagococcus.
2)    Fermentasi ialah proses baik secara aerob maupun anaerob yang menghasilkan berbagai produk yang melibatkan aktivitas mikroba atau ekstraknya dengan aktivitas mikroba terkontrol.
3)    Proses fermentasi susu melibatkan bakteri asam laktat dan menghasilkan produk-produk olahan susu (dairy product) seperti yoghurt, yakult, keju, susu asam, mentega (butter), dan produk sejenis lainnya seperti dadih, tempoyak, produk ikan, alcohol.
4)    Mengkonsumsi produk-produk fermentasi yang mengandung bakteri asam laktat dapat menurunkan kadar kolesterol, demam, kurang nafsu makan dan membantu meningkatkan fertilitas.
5)    Efek-efek kesehatan yang telah dibuktikan karena konsumsi susu fermentasi (termasuk yoghurt) adalah memacu pertumbuhan karena dapat meningkatkan pencernaan dan penyerapan zat-zat gizi, dapat mengurangi atau membunuh bakteri jahat dalam saluran pencernaan, dapat menormalkan kerja usus besar (mengatasi konstipasi dan diare), memiliki efek anti kanker, dapat mengatasi masalah lactosa intolerance, berperan dalam detoksifikasi dan mengatasi stres, serta mengontrol kadar kolesterol dalam darah dan tekanan darah.


B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini tentunya masih kurang sempurna baik secara penyusunan, penyajian maupun isi/materi yang spesifik yang terkait peranan bakteri asam laktat (BAL) dalam bidang pangan. Oleh karena itu perlu adanya referensi terbaru atau perbaruan referensi dari beberapa jurnal terkait yang lebih mengarah pada topik makalah tersebut.

Keterbatasan lain adalah materi yang disajikan masih luas dan belum spesifik pada satu produk permasalahan, sehingga penjabaran makalah juga sangat luas, hal ini karena masih minimnya referensi dari jurnal internasional maupun jurnal nasional yang diperoleh untuk membuat topik makalah tersebut.

VII.  REFERENSI

Anonim., 2004. Yoghuart, Jurusan Teknologi pangan dan gizi-Institut Pertanian Bogor,  Bogor Jawa Barat.

Anonim., 2005. Yoghurt, Minuman Kesehatan Tubuh, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian.
Warta penelitian dan pengembangan pertanian

Agustina, Wawan., dan Rahman, Taufik., 2010. Pengaruh Variasi Konsentrasi Sukrosa dan Susu Skim Terhadap Jumlah Asam sebagai Asam Laktat Yoghurt Kacang Hijau (Phaseolus radiatus L.), Balai Besar Pengembangan Teknologi Tepat Guna Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.

Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia “Kejuangan”  Pengembangan Teknologi Kimia untuk Pengolahan Sumber Daya Alam Indonesia, Yogyakarta, 26 Januari 2010.  ISSN 1693 – 4393

Agustina, Wawan., dan Andriana, Yusuf., 2010. Karakteristik Produk Yoghuart Susu Nabati Kacang Hijau (Phaseolus radiatus L.), Balai Besar Pengembangan Teknologi Tepat Guna, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Subang Jawa Barat.

Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia “Kejuangan”  Pengembangan Teknologi Kimia untuk Pengolahan Sumber Daya Alam Indonesia Yogyakarta, 26 Januari 2010. ISSN 1693 – 4393

Astuti., dan Rahmawati, Ana., 2010. Asimilasi Kolesterol dan Dekonjugasi Garam Empedu Oleh Bakteri Asam Laktat (BAL) dari Limbah Kotoran Ayam Secara In Vitro, Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta.

Efendi, Raswen., dan Yusmarini., 2004. Evaluasi Mutu Soygurt yang dibuat dengan Penambahan Beberapa Jenis Gula, Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian  Universitas Riau, Pekanbaru Riau Sumatera.
Jurnal Natur Indonesia Volume 6 (2): 104-110 (2004).  ISSN 1410-9379

Fardiaz, Srikandi., Sri Laksmi Jenie, Betty dan Solihati, Ati., 1997. Isolasi dan Seleksi Bakteri Asam Laktat yang Bersifat Anti Mikroba dari Sauerkraut, Teknologi dan Industri Pangan Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Gajah Mada Yogyakarta.

Buletin Teknologi dan Industri Pangan, Volume VIII No 3. Tahun 1997.
Effendi, Supli., 2009. Teknologi Pengolahan dan Pengawetan Pangan, Alfabeta  Bandung Jawa Barat.

Bartono., 2000. Pengantar Pengolahan Makanan,  Pertja,  Jakarta Daerah Khusus Ibukota.

Hardiningsih, Riani., Nonta, Refina Napitupulu, Rostiati., dan Yulinery, Titin., 2006. Isolasi dan Uji Resistensi Beberapa Isolat Lactobacillus pada pH Rendah (Isolation and resistance test of several isolates of Lactobacillus in low pH), Bidang Mikrobiologi, Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Bogor Jawa Barat.
Jurnal Biodiversitas  ISSN: 1412-033X

Malaka, Ratmawati., dan Laga, Amran., 2005. Isolasi dan Identifikasi Lactobacillus bulgaricus Strain Ropy dari Yoghurt Komersial, Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin Universitas Hasannudin Makasar, Makasar Sulawesi Selatan.
Sains & Teknologi, April 2005 Volume 5 No. 1: 50 – 58.  ISSN 1411-4674.

Nurhidayati, Tutik., 2003. Pengaruh Konsentrasi Enzim Papain dan Suhu Fermentasi Terhadap Kualitas Keju Cottage. Program Studi Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam–Institut Teknologi Surabaya, Surabaya Jawa Timur.
KAPPA (2003) Volume  4  No.1  13-17.  ISSN 1411-4046.

Pato, Usman., 2003. Artikel Ulas Balik Potensi Bakteri Asam Laktat yang diisolasi dari Dadih untuk Menurunkan Resiko Penyakit Kanker, Pusat Penelitian Bioteknologi, Universitas Riau, Pekanbaru, Riau Sumatera.
Jurnal Natur Indonesia Volume 5 (2) : 162-166 (2003). ISSN 1410-9379.

Ristiarini, Susana., Kuswardani, Indah., Adikaryo, M.I.L., dan Wahyuni, M., 2001. Pola Suksesi Mikroflora Alami Pada Fermentasi Nira Siwalan Dan Pemanfaatannya Dalam Minuman Fermentasi (Succession Pattern of Indegeneus Microflora in Nira Siawalan Fermentation and Its Usage in Fermented Drink), Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Katolik Widya Mandala, Surabaya
Biota Volume VI (1) : 1-8, Februari 2001.  ISSN 0853-8670

Satria Nur, Hasrul., 2005. Pembentukan Asam Organin Oleh Isolat Bakteri Asam Laktat Pada Media Ekstrak Daging Buah Durian (Durio zibethinus Murr.), Program Studi Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru Kalimantan Selatan.
BIOSCIENTIAE Volume 2 Nomor 1  Januari 2005.

Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta, 15 Mei 2010

Sisriyenni, Dwi., dan  Zurriyati, Yayu., 2004.  Kajian Kualitas Dadih Susu Kerbau Di Dalam Tabung Bambu dan Tabung Plastik, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau, Pekan Baru, Riau Sumatera.

Suardana, I Wayan,., Suarsana, I Nyoman., Sujaya, I Nengah., dan Gede Wiryawan, Komang.,  2007. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Asam Laktat dari Cairan Rumen Sapi Bali Sebagai Kandidat Biopreservatif (Isolation and Identification of Acid Lactic Bacteria From Bali Cattle‘s Grastic Fluid As A Potential Cadidate of Biopreservative), Laboratorium Ilmu Hayati, Pusat Antar Universitas Institut Pertanian Bogor, Bogor Jawa Barat.
Jurnal Veteriner Desember 2007 Volume 8 No. 4 : 155 – 159.

Supardi, Imam., dan Sukamto., 1999. Mikrobiologi Dalam Pengolahan dan Keamanan Pangan, Alumni, Bandung Jawa Barat.

Tim Mikrobiologi, Diktat Ajar., 2009. Mikrobiologi Pangan. Politeknik Negeri Pontianak, Pontianak Kalimantan Barat.

Widowati, Sri., dan Misgiyarta., 2001.  Efektifitas Bakteri Asam Laktat (BAL) dalam Pembuatan Produk Fermentasi Berbasis Protein/Susu Nabati, Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian.

Winarno, FG., dan Fernandez, Ivon., 2007. Susu Dan Produk Fermentasi, Mbrio Press, Bogor Jawa Barat.

Winarno, FG., 2007. Teknobiologi Pangan, Mbrio Pree, Bogor Jawa Barat.

Yusmarini, Indrati, R., Utami, T., dan Marsono, Y., 2010. Kemampuan Susu Kedelai yang Difermentasi oleh Lactobacillus plantarum 1 Dalam Mengikat Asam Empedu (Ability of Fermented Soymilk by Lactobacillus plantarum 1 in Bile Acids Binding), Fakultas Teknologi Pertanian  Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta.
Majalah Farmasi Indonesia Volume 21 (3), 202 – 208, 2010.